Counter Powered by  RedCounter

Wednesday, March 10, 2010

BROMELIA

 Bromelia
Unique shape and color of flowers are conspicuous among the green blades of the leaves, is the main attraction bromelia. Color of leaves and brilliant flowers almost in all seasons. Bromelia flowers can last from one to three months. The average one has 40 pieces of bromelia leaves the curved edges. In some species the leaves are jagged, whereas in other species of soft, without serrations.
Bromelia grown in single pots, can also be arranged to form colonies. In general, colonies are placed at the edge bromelia path or point of interest made in the middle of the park. These plants are generally developed with seed or seedling.
Including family Bromelia Bromeliaceae. He came from Argentina and Brazil. Latin Americans know bromelia as medicinal plants, namely as de-worming. Plants are still a family with pineapple is rich of calcium and vitamin C. Bromelia leaves can also mengempukkan meat.
Bromelia name taken from the name of a Swedish botanist, Olof Ole Bromell. The total number of species in the world to reach teens, but in Indonesia, the kind most popular bromelia orange blossom (Bromelia alta, B. flemingii, B. humilis, B. scarlatina, and B. serra) or red (Bromelia alsodes, B. antiacan, goyazensis B., and B. hieronymii). Yellow Bromelia (Bromelia chrysantha, B. goeldiana, and B. palmeri), purple (Bromelia horstii and B. Karataş), and there are pink, but the numbers a bit.
Bromelia not too fussy, in a sense not need watering too often and stand planted in the lowlands. Watering should be tailored to the medium conditions, do not be stuck with the routine. Siramlah when the medium was seen to dry. Remember, that the conditions must be different media between the hot weather, overcast, and rain. In addition, the most hated bromelia dry environment. In the armpit leaves should always be a pool of water.
Fertilization bromelia not too difficult. If you use slow-release fertilizer is conducted every three months. NPK fertilizer can also be used but this type of fertilizer is easy to absorb. So the frequency of fertilization should be more frequent.
In order for your bromelia and diligent fresh and colorful exhibit flower, should not be planted in the ground. Use a medium shredded coconut fiber or ferns. In addition, bromelia should be placed in the open, but not exposed to direct sun. To have good results "cage" Bromelia be covered with netting or cover paranet

Friday, March 5, 2010

Pachyveria clavifolia

Plant Type: Succulent
Description: Leaves in untidy rosettes, grey-green.
Origin: South Africa
Environment: Suitable for the home or a greenhouse
Foliage: Yes
Flowering: No
Season:
Fragrant: No
Growing Ease: Will grow for anybody
Temperature: 60-85°F, 16-29°C
Humidity: Low humidity
Lighting Needs: Does best in full sunlight coming from the South/West
Soil Type: A GOOD general purpose potting soil (a soil that retains water yet drains well) with a little added sand or if you want to mix your own take: 3 parts coarse sand or perlite, 2 parts garden soil, 2 parts humus (leaf mold), 1 part rinsed aquarium charcoal chips and a dusting of bone meal and limestone or a couple of eggshells (which can be substituted for limestone). Always use a pot with a hole.
Watering: Drench the soil and let it become barely moist between waterings. Remember to reduce watering during the winter or dormant season. If you use rainwater, be careful as it could be acidic. Use lime free warm water.
Fertilizer: Feed only twice a year, once in April and once in July with a water soluble fertilizer.
Plant Pests: Prone to mealy bugs and rarely scale. Always inspect any new plant for pests before introducing it to your home or greenhouse.
Propagation: Leaves, seeds, tip cuttings (let the cut end dry out first) in the. Propagate them in evenly moist soil, mist occasionally and keep in filtered sunlight until they are growing.
Gardening Tips & Care: Requires good ventilation. Be careful not to over-water. Put a layer of small gravel at the bottom of the pot and also one inch on the top of the soil to prevent stem rot.
Is Genus: No

Thursday, March 4, 2010

Acacia paradoxa

Plant Type: Shrub
Description: Spiny shrub that needs pruning to keep it to size. Yellow flowers are shown off by dark green leaves.
Origin: Australia
Environment: Suitable only for a greenhouse
Foliage: No
Flowering: Yes
Season: DF
Fragrant: Yes
Growing Ease: Requires extra care
Temperature: 40-65°F, 4-16°C
Humidity: Medium humidity
Lighting Needs: Does best in full sunlight coming from the South/West
Soil Type: A GOOD general purpose potting soil (a soil that retains water yet drains well )with a little sand added will suffice. If you want to mix your own take: 2 parts garden soil, 1 part peat, 1 part coarse sand or perlite. Always use a pot with a hole.
Watering: Drench the soil and let it become moderately dry between waterings. If you use rainwater, be careful as it could be acidic. Use warm water.
Fertilizer: Feed every two weeks during the spring and summer with a water soluble fertilizer. Do not fertilize newly potted plants for at least four (4) months.
Plant Pests: Prone to none Always inspect any new plant for pests before introducing it to your home or greenhouse.
Propagation: Seeds/ stem cuttings in the spring through summer. It is best to propagate any type of cuttings or seeds in a mixture of moist peat and perlite. Cover the pot and plant with a plastic bag secured by a rubber band to prevent moisture from escaping. Place in indirect sunlight or under a fluorescent light. Repot in its regular mix after it has been growing for a while.
Gardening Tips & Care: Cut or pinch this plant back if it gets a little leggy and after blooming. This plant does not mind being pot bound. If possible put outside for the summer in full sun.
Toxicity: Species of this Genus can be harmful to pets.
Bonsai: This species can be bonsaied.
Is Genus: No

PACHYPODIUM

Ada tanaman hias pendatang baru yang disebut-sebut hendak menyaingi Adenium. Namanya Pachypodium. Tanaman asal Madagaskar yang anehnya biijinya banyak datang dari Eropa itu, belakangan mulai dikerling banyak petani.

Pachi --atau biasanya para petani menyebutnya: Poci-- memang kini mulai jadi 'mainan baru' para petani. Paling tidak, hal itu bisa kita lihat di beberapa kota di Jawa Tengah dan Jabodetabek.

Poci yang populer
Biji-biji Poci diperoleh konon dari negara-negara Di Eropa. Pengimpornya, seperti halnya biji Adenium, umumnya adalah petani yang menjadi orang kantoran, yang kebetulan punya akses dengan Internet.

Di antara begitu banyak jenis Poci, yang paling banyak masuk --otomatis juga banyak disemai di Indonesia-- adalah jenis Poci Geyei, Lemerei, dan Saundersii. Bukannya jenis lain tak masuk, tapi agaknya biji-biji jenis lainnya relatif lebih sulit.

Biji Rosulatum, misalnya, dihindari petani karena lambat pertumbuhannya. Dalam usia 2 bulan saja, tinggi cuma mencapai 1 cm. Jelas tidak ekonomis, meski harga bibitannya, setinggi 1 cm, bisa dijual Rp. 25rb. Jenis Bevicaule lebih 'menyeramkan'. Dari 100 biji, kemungkinan gagal, bisa mencapai 100 persen. Padahal, kalau satu biji saja berhasil tumbuh jadi bibitan, harganya bisa Rp. 500rb.

Geyei, Lemerei dan Saundersii, sebaliknya dikenal mudah disemai, karena baik ukuran maupun perlakuan, tidak beda dengan kita memperlakukan biji adenium. Harga bisa saja lebih miring, tapi tetap gelap.

Di pasaran, Lemeri dan Geyei --yang notabene merupakan tanaman berduri-- setinggi 5 cm bisa laku Rp. 25rb perpohon sedang Saundersii setinggi 10 cm laku dijual Rp. 65rb perpohon. Dengan permintaan yang banyak, harga si Poci memang termasuk stabil. Bahkan, mungkin karena 'pendatang baru' harga kadang juga bisa dilempar di atas harga yang sudah disebut tadi.

Wajar petani dan pedagang bersukacita setelah sekian lama dirundung malang. Apa pasal?

Adenium bagaimana?
Suka tidak suka, mereka mulai merasa masa depan Adenium, --baik grafting atau bonggolan-- semakin suram saja. Boro-boro berharap harga semakin bagus, menjaga agar harga stabil saja sudah hebat.

Bisa dipahami. Saat ini peredaran biji Thailand maupun Taiwan begitu mudah masuk ke tanah air. Bahkan bisa dibilang, biji bukan lagi domain petani, atau pedagang tanaman hias. Siapa saja bisa 'mengimpor'.

Para petani di Ciledug, Karang Tengah, Gondrong, Parung Kored atau daerah-daerah pinggiran Jabodetabek yang dulu mengklaim sebagai satu-satunya sentra penghasil adenium di Indonesia, jelas harus diberi informasi baru. Dewasa ini sentra adenium sudah tersebar di mana-mana. Ladang Adenium sudah merebak di Kroya, Tegal, Kudus, Manado, Madiun, Kediri, Bali sampai Lombok. Bahkan kabarnya, maraknya penyemaian biji ini disponsori oleh para pejabat lokal.

Otomatis, perimbangan supply dan demandmenjadi tak seimbang lagi karena penawawan lebih banyak katimbang kebutuhan. Dengan asumsi seperti itu, wajar: saat ini adenium no future.

Para petani di Jabodetabek, misalnya, sejauh pengamatan , kini mulai getol menanam biji-biji Adenium tapi dari jenis Arabicum yang harganya --menurut mereka-- masih bisa di'main'kan sementara mereka juga mulai menanam biji-biji Poci tadi.

Di kalangan hobiis, utamanya di kalangan para adenium-mania, diam-diam juga terjadi pergeseran. Jika sebelumnya mereka berlomba-lomba memiliki Adenium Obesum dengan bonggol terbesar, kini mereka mulai memburu jenis-jenis adenium yang unik dan antik. Umpamanya, jenis kristata, daun varigata, bonggol kuning, atau bentuk-bentuk langka lainnya.

Apakah Poci akan menjadi alternatif baru?

sumber - langitlangit.com

 Halfmens (Pachypodium Namaquanum), Goegap Nature Reserve, Springbok, South Africa, Africa Photographic Poster Print by Steve & Ann Toon, 30x40Halfmens, Pachypodium Namaquanum, Goegap Reserve, Namaqualand, South Africa, Africa Photographic Poster Print by Ann & Steve Toon, 12x16Madagascar Palm 10 Seeds - Pachypodium Lamerei - EXOTIC



Wednesday, March 3, 2010

Collection Items

Red Pitcher Plant-Nepenthes ventricosa-Carnivorous-Easy5 Money Tree Plants Braided into 1 Tree -Pachira-4" PotMing Aralia Bonsai Tree - Great Indoor Bonsai-PolysciasStrawberries & Cream Wax Plant - Hoya

you can have the plants by clicking the item you choise and you will connect to amazon to buying this product

Super Dwarf Patio Banana Plant -Musa- SALE*Juniper Bonsai TreeBaby Tears Plant - 4" Pot - Helxine -Great Indoor Plant Red Pitcher Plant-Nepenthes ventricosa-Carnivorous-Easy

SANSEVIERIA

Sansevieria atau lidah mertua adalah marga tanaman hias yang cukup populer sebagai penghias bagian dalam rumah. Sanse dapat tumbuh dalam kondisi yang sedikit air dan cahaya matahari. Dia juga memiliki daun keras, sukulen, tegak, dengan ujung meruncing.

Sanseviera dikenal dengan sebutan tanaman lidah mertua karena bentuknya yang tajam. Sanseviera tak hanya sebagai tanaman hias, tapi juga memiliki manfaat untuk menyuburkan rambut, mengobati diabetes, wasir, hingga kanker ganas. Sementara seratnya digunakan sebagai bahan pakaian. Di Jepang, Sanseviera digunakan untuk menghilangkan bau perabotan rumah di ruangan.

Dibanding tumbuhan lain, Sanseviera memiliki keistimewaan menyerap bahan beracun, seperti karbondioksida, benzene, formaldehyde, dan trichloroethylene.

Sansevieria dibagi menjadi dua jenis, yaitu jenis yang tumbuh memanjang ke atas dengan ukuran 50-75 cm dan jenis berdaun pendek melingkar dalam bentuk roset dengan panjang 8 cm dan lebar 3-6 cm. Kelompok panjang memiliki daun meruncing seperti mata pedang, dan karena ini ada yang menyebut Sansevieria sebagai tanaman pedang-pedangan.

Tumbuhan ini berdaun tebal dan memiliki kandungan air sukulen, sehingga tahan kekeringan. Namun dalam kondisi lembap atau basah, sansiviera bisa tumbuh subur.

Warna daun Sansevieria beragam, mulai hijau tua, hijau muda, hijau abu-abu, perak, dan warna kombinasi putih kuning atau hijau kuning. Motif alur atau garis-garis yang terdapat pada helai daun juga bervariasi, ada yang mengikuti arah serat daun, tidak beraturan, dan ada juga yang zig-zag.

Keistimewaan lidah mertua adalah memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan. Penelitian NASA bekerja sama dengan ALCA telah menemukan bukti-bukti bahwa tanaman ini secara alami mampu mengurangi polusi tersebut. (Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Sansevieria)



sumber : langitlangit.com
Flowers 1982 Sanseviera Guineensis Green Leaves Colour


PAKIS MONYET / HANOMAN

Karena bentuk dan bulunya mirip monyet, banyak nama disandangnya. Misalnya, Pakis Monyet, Pakis Sun Go Kong, Pakis Hanoman dan Pakis Emas. Tapi ada pula yang menyebutnya Ayam Emas. Tanaman ini sedang banyak dijajakan orang

Jangan kira tanaman ini hanya berupa akar serabut kelapa. Ia sejenis palm berjenggot yang masih muda. Tepatnya adalah ia serumpun dengan jenis pohon pakis yang biasa bertengger di sepanjang jalan protokol, perkampungan, dan taman dalam rumah.

Bila Anda melintas di sentra tanaman hias Jl. Harsono Ragunan, Jakarta Selatan (Jaksel), mungkin ada pemandangan unik. Pasalnya, deretan tanaman pakis monyet banyak ditemukan di sentra ini. Bukan harganya yang bikin heran beberapa orang yang melihatnya, tapi lebih karena bentuk dan bulunya yang jarang ditemukan pada jenis tanaman hias lainnya.

Tak heran bila ia diberi nama demikian, sehingga banyak pengunjung menanyakan harga yang dibandrol pada jenis ini. Dari informasi beberapa penjual di sentra ini, jenis tanaman ini didatangkan dari Palembang. Proses pencariannya harus melalui jalan setapak dalam hutan belantara. Dari bentuk fisik yang terlihat, memang cenderung berbulu laiknya monyet. Uniknya lagi, jenis pakis ini sebelum tumbuh daunnya, akan tumbuh batang menjulang serupa dengan ekor monyet.

Mengamati respon terhadap jenis ini, ia diprediksikan bakal menggeser eksistensi bonsai di pelataran bisnis florikultura. Pasalnya, harga yang ditawarkan jenis ini mencapai Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu untuk ukuran yang berdiameter 17 cm. Sedangkan untuk ukuran diameter 24 cm dibandrol Rp 350 ribu hingga Rp 400 ribu. Itu dikatakan Joko, pemilik nurseri Agung Flora Jakarta.

Ia mengaku, hampir tiap hari mampu menjual 4 pot pakis monyet. Di ajang pameran pun pakis monyet sempat mengguncang pasar. Ini mungkin karena bentuknya yang aneh dan jarang dijumpai di Indonesia. Hanya yang dikhawatirkan para penjual, importir tanaman dari Thailand ikut bermain untuk mematikan pasar tanaman bentuk unik ini.

sumber : langitlangit com












Kantong Semar : Tanaman UniK Pembawa Hoki

KANTONG SEMAR: TANAMAN UNIK PEMBAWA HOKI  
Nephentes (pianta carnivora)  

Tak hanya penampilan istimewa, tanaman ini juga menyimpan potensi bisnis yang patut diperhitungkan. Bentuknya unik. Ada yang bilang mirip tokoh pewayangan Semar dengan perut buncitnya. Lantaran itulah, tanaman ini diberi nama kantong semar. 

Tak hanya penampilan istimewa, tanaman ini juga menyimpan potensi bisnis yang patut diperhitungkan. Bentuknya terbilang unik. Mengantong dan membulat di bagian ujung. Ada yang bilang mirip tokoh pewayangan Semar dengan perut buncitnya. Lantaran itulah, tanaman ini diberi nama kantong semar.

Sekitar dua setengah tahun silam, 'demam' kantung semar mulai mewabah di Indonesia. Mulanya pada 2004 ketika sebuah majalah hobi terkemuka memopulerkan kembali tanaman ini lewat edisi akhir tahunnya. Seperti bola salju, media-media lainnya ikut mengekor.

Puncaknya adalah pada 17 Agustus 2005 saat keelokan tanaman yang punya nama ilmiah nepenthes spp ini secara khusus dipamerkan di Istana Merdeka saat HUT RI ke-60. Bila akhirnya kantong semar mendapat predikat sebagai tanaman unik, agaknya ini tak berlebihan. Bentuk kantong dan corak warnanya mengandung nilai artistik tinggi. Bahkan, bersama amorphophallus dan bunga bangkai (raflessia), kantong semar termasuk jajaran 'elite' karena disebut sebagai tanaman hias unik.

Keunikan itu pula yang membuat Abdul Kadir terpikat pada si kantong semar. ''Saya kadung jatuh hati pada bentuk kantong nepenthes yang unik dan beragam,'' ujar pria kelahiran Pontianak, Kalimantan Barat. Tak kurang dari 1.300 pot kantong semar dikoleksi Abdul Kadir sejak dua tahun silam. Jutaan rupiah ia habiskan untuk hobi anyarnya itu. Sebagian besar koleksinya ia perjualbelikan pula.

Sejak kecil Abdul Kadir memang telah akrab dengan tanaman yang disebut 'periuk kera' di tempat kelahirannya, di Pontianak. Ia mulai melirik kembali kantong semar saat ia kuliah di IPB. Akan tetapi, ia mulai serius mengumpulkan sekitar dua tahun silam.

Tak kurang dari 24 jenis nepenthes ia miliki kini. Sebagian besar koleksinya disimpan di penangkaran kantong semar di Pontianak. Adapula yang ditaruh di lokasi nepenthes di Cipayung, Puncak, termasuk pula di ruang pamer nepenthes di bilangan Slipi, Jakarta, dan rumahnya di Bogor
.

sumber : langitlangit.com